Day 4 di Yogyakarta, siang hari setelah rapat di Hyatt Regency, saya memutuskan menepi ke Giwangan. Perut sedang lapar—tidak kosong banget, tapi minta sesuatu yang cepat dan nendang. Rekomendasi Makanan Saya ingat satu nama yang sering disebut orang lokal: Mie Ayam Bu Tumini. Kamu tahu rasanya ketika butuh mangkuk hangat yang bisa jadi “langkah cepat” pengisi energi? Ya, itu tujuan saya siang ini.
Kenapa Saya Datang ke Mie Ayam Bu tumini
Saya datang karena satu hal yang paling sering orang ceritakan: kuahnya yang kental dengan profil manis-gurih khas Jogja. Di kawasan Giwangan yang ramai dan bergerak cepat, mie ayam menjadi pilihan aman untuk jeda siang. Porsinya dikenal rewel dalam arti positif—dari biasa hingga jumbo—yang memuaskan berbagai tipe lapar. Saya berharap menemukan semangkuk mie ayam yang tidak hanya enak, tetapi juga konsisten, cepat disajikan, dan “nyantol” di ingatan begitu sendok terakhir selesai.
Baca Juga : Rekomendasi Cafe Borobudur
Pengalaman Makan Mie Ayam Bu tumini

Saya tiba sekitar pukul 12.30, tepat ketika arus pengunjung mulai padat. Antrean rapi, dan terlihat alur yang jelas antara kasir, peracik, dan pengantar. Waktu tunggu saya siang itu sekitar 20 menit—masih dalam rentang normal 15–30 menit saat jam sibuk. Begitu mangkuk mendarat di meja, hal pertama yang tercium adalah aroma kaldu ayam pekat.
Rasa & Tekstur:
Kuahnya memiliki kepadatan yang “mengikat” mie. Bukan kental berlebihan, tetapi cukup untuk menempel pada helai-helai mie, jadi setiap suap terasa penuh. Manis-gurihnya seimbang: ada sisi gula yang halus di depan lidah, disusul gurih kaldu yang pelan-pelan menguat di belakang. Mie bertekstur kenyal, tidak mudah putus. Ayam cincangnya lembut, bumbu meresap, tanpa rasa berlebihan. Saat diseruput, ada sedikit aftertaste kaldu yang hangat, cocok untuk siang yang butuh tenaga cepat.
Alur Saji:
Setelah antre, pesanan dicatat ringkas. Karyawan memastikan preferensi: porsi biasa atau jumbo, mau seberapa manis, dan apakah perlu tambahan topping. Begitu siap, mangkuk datang dengan tampilan sederhana: mie, ayam cincang, sawi, dan siraman kuah kental mengilap. Sambal, cuka, dan kecap tersedia di meja—silakan Kamu setel sesuai selera. Kalau Kamu suka rasa lebih “nendang”, tambahkan sambal sedikit-sedikit, karena kuah dasarnya sudah kuat.
Kapan Enaknya?
Bagi saya, mie ayam ini paling pas disantap siang hari. Mangkuk hangat, kalori cukup, dan tidak bikin kantuk berlebihan jika porsi Kamu pas. Durasi saya di lokasi sekitar 30–40 menit, termasuk antre dan menikmati makan tanpa terburu-buru.
Untuk Lokasi : Google Maps
Informasi Praktis Untuk Datang ke Mie Ayam Bu tumini
- Jam Ramai: 12.00–15.00. Jika ingin antre lebih singkat, datanglah sedikit sebelum atau sesudah rentang ini.
- Parkir Motor/Mobil: Tepi jalan. Motor relatif lebih mudah; mobil perlu sabar dan cek celah.
- Sudah Berdiri Sejak: ±1990-an. Lama di lapangan biasanya berarti racikan sudah teruji banyak lidah.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan Mie Ayam Bu tumini
- Porsi jumbo ada? Ada. Cocok untuk Kamu yang butuh mangkuk “sekali kenyang”.
- Level manis bisa diatur? Bisa. Sampaikan di awal, karyawan terbiasa menyesuaikan.
- Topping favorit apa? Ayam cincang ekstra dan tambahan bakso jadi pilihan populer.
- Metode antre paling cepat? Datang sebelum jam puncak (sekitar 11.30–12.00) atau setelah 14.30; antre lebih luwes.
Di sekitar Giwangan, ada beberapa penjual mie ayam dengan gaya yang mirip. Perbedaannya biasanya di kekentalan kuah dan profil rasa manis. Bu Tumini menonjol karena kuahnya yang cenderung lebih kental dengan manis-gurih yang tegas. Tempat lain mungkin menawarkan kuah lebih ringan atau manis yang lebih tipis. Kalau selera Kamu condong ke rasa yang “menggamit” mie di setiap suap, Bu Tumini punya keunggulan di situ. Jika Kamu penyuka kuah lebih ringan, Kamu bisa sesuaikan di meja dengan cuka atau minta sedikit lebih “nenteng” saat pesan.
Baca Juga : Angkringan & Kopi Joss di Angkringan Lik Man (Tugu), Yogyakarta — Nongkrong Malam yang Bikin Kangen
Tips Kunjungan ke Mie Ayam Bu tumini
- Waktu Terbaik Datang:
Datang sebelum pukul 12.00 atau setelah 14.30. Antrian cenderung lebih singkat, dan Kamu dapat tempat duduk nyaman. - Strategi Pesan:
- Kalau Kamu suka kuah tidak terlalu manis, bilang sejak awal.
- Suka pedas nendang? Tambahkan sambal sedikit dulu, lalu naikkan pelan-pelan.
- Porsi jumbo cocok untuk berbagi atau Kamu yang butuh tenaga ekstra.
- Untuk Keluarga/Anak:
Minta kuah lebih “kalem” dan pisahkan sambal. Pilih porsi biasa agar nyaman di perut anak. - Parkir & Akses:
Siapkan uang kecil untuk parkir tepi jalan. Motor lebih fleksibel; mobil datang di luar jam puncak demi menghindari putar balik. - Antre Cerdas:
Saat ramai, antre dan bayar terasa cepat kalau Kamu sudah tahu pilihan: porsi, level manis, dan topping tambahan. Hemat waktu, mood tetap enak.
- Kuah Kental Manis-Gurih: Duduk di garis tengah antara kaldu pekat dan rasa manis khas Jogja.
- Konsistensi Porsi: Dari biasa sampai jumbo, ukurannya jelas, membuat ekspektasi terpenuhi.
- Ritme Dapur Cepat: Meski antre 15–30 menit di jam puncak, alur meracik–menyaji terlihat rapi.
Catatan Rasa Mie Ayam Bu tumini
- Kalem tapi berkarakter: Kurangi sambal, tambahkan sedikit cuka agar kuah terasa lebih ringan.
- Nendang maksimal: Sambal bertahap, ayam cincang ekstra, dan aduk rata supaya bumbu menempel di mie.
- Seimbang untuk siang: Porsi biasa, sambal tipis, bakso tambahan; cukup untuk energi tanpa “kekenyangan mendadak”.
FAQ – Pertanyaan yang Sering Muncul
Kalau gak suka terlalu manis?
Bisa minta disesuaikan; karyawan terbiasa menyeimbangkan rasa.
Harus porsi jumbo?
Tidak. Porsi biasa sudah cukup mantap; jumbo untuk Kamu yang butuh ekstra.
Nunggu lama gak?
Di jam puncak 12.00–15.00, siapkan 15–30 menit. Di luar itu, biasanya lebih cepat.
Cocok buat makan cepat?
Ya. Setelah duduk, penyajian relatif sigap—terutama di luar jam ramai.
Kalau Kamu mencari mie ayam kental, murah, dan nendang untuk jeda siang di Yogyakarta, Mie Ayam Bu Tumini layak saya sebut “Wajib Coba”. Kuah pekatnya memberi karakter yang jarang “tanggung-tanggung”, porsinya jelas, dan ritme penyajiannya mendukung kebutuhan makan cepat. Untuk Kamu yang ingin rasa lebih kalem, tinggal sampaikan sejak awal; fleksibilitas itu membuat pengalaman makan jadi nyaman. Singkatnya, Bu Tumini menawarkan nilai yang sepadan dengan antrean—semangkuk mangkuk yang “menjawab” lapar sedang selepas meeting, tanpa drama.
- Waktu terbaik: sebelum 12.00 atau setelah 14.30.
- Antre: siapkan 15–30 menit saat puncak.
- Parkir: tepi jalan—motor lebih fleksibel.
- Rasa inti: kuah kental manis-gurih; minta penyesuaian kalau perlu.
- Durasi di lokasi: 30–40 menit nyaman untuk makan dan rehat singkat.
