Saya baru kembali ke Melia Purosani ketika perut mulai “nyari” yang berapi-api. Kamu pernah begitu juga, kan—capek jalan-jalan, lalu tiba-tiba ingin sensasi pedas yang tegas? Malam itu saya melipir rekomendasi makan ke KH Ahmad Dahlan, tepatnya ke Oseng Mercon Bu Narti. Skena pedasnya Jogja terasa hidup di sini: asap wajan, aroma bawang, dan deretan cabai yang bikin jantung berdebar—dengan cara yang menyenangkan bagi lidah.
Kenapa Saya Datang ke Oseng Mercon Bu Narti
Di Jogja, banyak pilihan kuliner malam. Tapi ketika ekspektasi saya adalah pedas yang “berkarakter”, nama Bu Narti otomatis muncul. Kelebihan utamanya jelas: pedas kuat yang bukan sekadar numpuk cabe, tapi punya rasa; lalu lauk campur—tetelan, daging, kikil, dan jeroan—yang membuat satu porsi terasa kaya tekstur. Lokasinya di KH Ahmad Dahlan juga strategis untuk kamu yang menginap di area Malioboro–Puro Pakualaman. Pendeknya, ketika kota mulai tenang, wajan di sini justru mulai bicara.
Baca Juga : Rekomendasi Cafe Borobudur
Pengalaman Makan Oseng Mercon Bu Narti

Begitu memesan, saya melihat alur yang rapi: pesanan dicatat, wajan bekerja, lalu porsi disajikan cepat bergiliran. Waktu menunggu saya malam itu sekitar 10–20 menit, wajar untuk jam ramai. Saat piring mendarat, tampilannya sederhana—merah kecokelatan dengan potongan lauk berkilau.
- Rasa: pedasnya “langsung nyapa” di lidah, tapi bukan pedas kosong. Ada gurih bawang, kaldu, dan sedikit manis yang mengetuk belakang lidah.
- Tekstur: dagingnya empuk, kikil kenyal, tetelan memberi gigitan yang menyenangkan. Kuah osengnya cenderung kental-minim cairan, jadi bumbu menempel ke setiap suapan.
- Aftertaste: hangatnya bertahan, bikin saya minum es teh lebih lambat agar sensasi pedasnya berproses pelan-pelan.
Enaknya dimakan saat malam, ketika udara Jogja lebih sejuk. Nasi hangat membantu menyeimbangkan cabai. Buat kamu yang sensitif, siapkan tandingan seperti teh manis atau susu (bawa sendiri enggak masalah). Jangan buru-buru—nikmati ritme pedasnya.
Untuk Lokasi : Google Maps
Informasi Praktis Oseng Mercon Bu Narti
- Jam ramai: sekitar 20.00–23.00. Kalau ingin antre lebih singkat, datang sebelum 20.00 atau setelah 22.30 (cek stok ya).
- Parkir motor/mobil: tepi jalan; malam hari lumayan padat. Kalau datang mobil, lebih nyaman turunkan penumpang dulu, lalu cari slot.
- Sudah berdiri sejak: ±1998, jadi wajar kalau tempat ini punya banyak pelanggan tetap.
- Durasi di lokasi: rata-rata 30–40 menit sudah cukup untuk antre–makan–foto–beres.
FAQ – Ngobrol Singkat dengan Karyawan Oseng Mercon Bu Narti
Level pedas bisa request?
Bisa dibantu sedikit diturunkan untuk kamu yang ingin lebih “bersahabat”, tapi karakter pedas Bu Narti tetap dominan.
Menu non-pedas ada?
Ada pilihan lauk non-pedas pendamping (tanya yang ready), dan minuman hangat untuk “ngerem” tulang rusuk dari kejutan cabai.
Porsi campur favorit?
Campur tetelan–kikil–daging jadi juara karena teksturnya berlapis; banyak pelanggan minta komposisi ini.
Tips parkir malam?
Datang agak awal atau naik ojek online saat jam puncak. Kalau bawa mobil, sabar putar sekali–dua kali.
Keduanya kuat di identitas oseng mercon. Bu Narti terasa lebih tegas pedasnya dengan bumbu menempel ke lauk, cocok buat kamu yang mencari benturan rasa dari suapan pertama. Bu Roso punya gaya yang sedikit berbeda—beberapa orang menilai bumbunya lebih “rapi” dan opsi lauknya tertata. Pilih mana? Kalau kamu prioritas pedas menggigit, Bu Narti unggul. Kalau kamu mau rapi dan aman untuk pemula pedas, Bu Roso bisa dicoba. Dua-duanya layak dalam “tour pedas” Jogja tanpa perlu saling menjatuhkan.
Cara Pesan di Oseng Mercon Bu Narti Biar Makin Puas
- Mulai dari porsi campur standar. Ini cara paling efektif kenalan dengan tekstur.
- Tambah nasi kedua kalau kamu tim karbo. Bumbu menempel bikin nasi cepat habis.
- Siapkan minuman netral. Teh hangat atau air mineral membantu “reset” lidah.
- Minta pedasnya sedikit diturunkan kalau kamu baru pertama datang. Ingat: mulut bahagia, perut juga harus nyaman.
- Bagi dua porsi kalau datang berdua—hemat antre, hemat waktu, tetap puas.
Pelayanan Oseng Mercon Bu Narti
Di jam sibuk, kamu akan melihat sinkronisasi sederhana: satu orang bagian catat pesanan, satu meracik, satu lagi menyajikan. Meski antre, alur jalan; yang penting sabar menjaga barisan. Atmosfernya khas kuliner malam Jogja: lampu jalan, obrolan pendek antar pelanggan, dan bunyi wajan yang ritmis. Buat saya, ini bagian dari pengalaman—tidak sekadar makan, tapi “masuk” ke kehidupan malam kuliner Jogja.
Catatan Keluarga/Anak
Kalau kamu bawa anak atau anggota keluarga yang sensitif pedas, pesan lauk pendamping non-pedas (kalau tersedia) dan siapkan nasi terpisah. Jangan lupa air putih. Untuk balita, sebaiknya hindari langsung dan fokus ke lauk netral (bila ada). Ingat, ini pedas ekstrem—prioritaskan nyaman.
Waktu Terbaik Datang ke Oseng Mercon Bu Narti
- Sebelum 20.00: antre lebih pendek, pilihan lauk cenderung lengkap.
- 20.00–23.00: peak hour, suasana paling “hidup”; siapkan waktu tunggu 10–20 menit.
- >23.00: relatif lebih lengang, tapi cek ketersediaan lauk.
Kalau tujuanmu foto-foto, pilih sebelum 20.00 agar lebih leluasa. Kalau tujuanmu “merasakan denyut malam Jogja”, peak hour justru menyenangkan.
Baca Juga : Sate Klathak Pak Pong Imogiri: Daging Empuk, Asap Tipis, Bumbu Sederhana yang Mengena
Rekomendasi Pairing
- Nasi hangat + oseng campur (tetelan–kikil–daging) untuk tekstur berlapis.
- Teh hangat untuk menetralkan lidah di sela suapan.
- Kerupuk (jika tersedia) untuk permainan renyah yang menyeimbangkan lunak–kenyal.
Budget & Nilai
Harga bisa berubah, tetapi nilai utamanya ada pada rasa dan karakter pedas—bukan sekadar banyak cabai. Kamu membayar pengalaman: bumbu menempel, lauk berkarakter, dan suasana malam yang khas. Dengan durasi 30–40 menit, ini tipe kuliner yang efisien untuk agenda malam yang padat.
Do & Don’t
Do:
- Datang saat perut dalam kondisi baik.
- Mulai dari level pedas yang kamu sanggupi.
- Bawa air atau pilih minuman hangat.
Don’t:
- Makan kebut-kebutan—biarkan pedasnya “mendarat” pelan.
- Memaksa level pedas di luar kebiasaan (apalagi kalau besok ada agenda penting).
“Apa Rasanya Buat Pemula Pedas?”
Kalau kamu bukan “anak cabe”, kamu tetap bisa menikmati pengalaman ini. Mulailah dari porsi campur dengan sedikit pedas; fokus ke rasa gurih-kaldu dan tekstur lauknya. Setelah itu, baru tingkatkan. Intinya: kenali ambangmu, jangan berperang dengan piring sendiri.
Ringkasnya
- Pedas: kuat, berkarakter, nempel di lidah.
- Lauk: campur dengan tekstur variatif, bikin suapan tidak membosankan.
- Waktu tunggu: 10–20 menit saat ramai.
- Jam ramai: 20.00–23.00.
- Parkir: tepi jalan; lebih nyaman naik motor/ojol.
- Sejak: ±1998; wajar punya banyak pelanggan loyal.
- Durasi di lokasi: 30–40 menit cukup untuk antre dan makan santai.
Jadi Wajib Nggak Nih?
Layak. Tiga klue kunci: pedas, nagih, malam. Kalau kamu mencari kuliner malam yang meninggalkan kesan tanpa gimmick, Oseng Mercon Bu Narti adalah salah satu “ritual” yang patut dicoba di Yogyakarta. Datang dengan ekspektasi pedas yang jujur, nikmati ritmenya, lalu pulang dengan rasa hangat di lidah dan memori yang bertahan sampai besok pagi.
Rangkuman
- Enak dimakan saat: Malam
- Jam ramai: 20.00–23.00
- Parkir motor/mobil: Tepi jalan
- Kelebihan lain: Pedas kuat, lauk campur
- Kompetitor sejenis: Oseng Mercon Bu Roso
- Sudah berdiri sejak: ±1998
- Waktu menunggu: 10–20 menit
- Durasi di lokasi: 30–40 menit
- 4 tanya–jawab singkat:
- Level pedas bisa disesuaikan (sedikit diturunkan)
- Ada opsi pendamping non-pedas (tanya yang ready)
- Porsi favorit: campur tetelan–kikil–daging
- Parkir: datang awal/naik ojol saat puncak
