Filosofi Bukit Rhema (Gereja Ayam)

Magelang adalah sebuah kota yang kaya akan keindahan alam dan budaya. Di kota ini, wisatawan bisa menemukan berbagai tempat populer seperti Candi Borobudur, Taman Kyai Langgeng, Nepal Van Java, dan Bukit Rhema, yang dikenal dengan sebutan Gereja Ayam.

Baca Juga : 7 Wisata Alam Magelang Terbaik untuk Self-Healing di 2025

Bukit Rhema: Gereja Ayam yang Unik dan Ikonik

Bukit Rhema mendapatkan julukan “Gereja Ayam” karena bentuk bangunannya yang dianggap menyerupai ayam, meskipun sebenarnya bangunan ini berbentuk burung merpati. Selain itu, bukit ini juga bukan hanya tempat ibadah bagi umat Kristen, melainkan rumah doa yang terbuka bagi semua agama, termasuk Islam, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Awal Mula Berdirinya Gereja Ayam

Inspirasi untuk mendirikan Rumah Doa Bukit Rhema berawal dari mimpi seorang pria bernama Daniel Alamsjah pada tahun 1988. Dalam mimpinya, ia mendapat petunjuk untuk membangun tempat ibadah yang bisa digunakan oleh semua umat beragama. Suatu hari, Daniel bertemu dengan seorang anak tunarungu bernama Jito yang sering berada di bukit. Pemandangan bukit itu sesuai dengan apa yang ia lihat dalam mimpinya, sehingga ia merasa mendapat petunjuk dari Tuhan untuk mendirikan rumah doa di sana.

Pada tahun 1992, Daniel memulai pembangunan Rumah Doa Bukit Rhema. Namun, pembangunan terhenti karena krisis ekonomi pada masa Orde Baru, dan bangunan ini pun terbengkalai selama hampir 12 tahun. Akhirnya, pada tahun 2010, pembangunan dilanjutkan dan Bukit ini mulai dikenal wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Tujuh Lantai Filosofi di Rumah Doa Bukit Rhema

Bangunan Rumah Doa Bukit Rhema terdiri dari tujuh lantai, di mana setiap lantai menyimpan filosofi kehidupan manusia:

  1. Lantai Pertama: Menggambarkan kelahiran manusia yang suci seperti bayi.
  2. Lantai Kedua: Memvisualisasikan proses manusia menuju kedewasaan, memahami hal baik dan buruk.
  3. Lantai Ketiga: Mengingatkan pengunjung tentang dampak buruk narkotika melalui ilustrasi penderitaan pengguna.
  4. Lantai Keempat: Memperlihatkan keberagaman budaya Indonesia melalui mural yang dibuat oleh seniman lokal.
  5. Lantai Kelima: Berisi foto-foto dari banyak destinasi wisata yang ikonik dari seluruh dunia.
  6. Lantai Keenam: Terletak di paruh burung merpati dan melambangkan harapan baru.
  7. Lantai Ketujuh: Merupakan mahkota burung merpati, melambangkan rasa syukur dan kebahagiaan.

Nikmati Pemandangan Sunrise dan Kuliner Tradisional

Selain nilai religi, Bukit ini menawarkan pemandangan alam yang indah, terutama saat matahari terbit. Tempat ini adalah salah satu lokasi terbaik untuk menikmati sunrise di Magelang selain Punthuk Setumbu. Bukit ini juga pernah menjadi lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2.

Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa menikmati kuliner tradisional di kafe yang terletak di bagian ekor bangunan. Di sini, pengunjung dapat menukar kupon tiket dengan singkong goreng dan sambal secara gratis, sebagai bentuk dukungan kepada petani singkong lokal di sekitar Borobudur.

Informasi Tiket dan Akses Menuju Bukit Rhema

Untuk menikmati wisata di Bukit ini, tiket masuknya sangat terjangkau, hanya Rp 25.000 per orang. Selain itu, tersedia layanan jeep untuk mengantar pengunjung dari parkiran bawah ke atas bukit dengan biaya tambahan sebesar Rp 15.000. Dengan segala pesonanya, Bukit Rhema atau Gereja Ayam adalah destinasi wajib bagi siapa pun yang berkunjung ke Magelang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top